Rabu, 05 Maret 2008

Indeks dayasaing Global : Mengukur Potensi Produktivitas Nasional

Word Economic Forum (WEF) telah mempelajari dayasaing negara-negara sejak 1979. Laporan dayasaing global telah menguji sejumlah faktor yang memungkinkan negara-negara mencapai pertumbuhan ekonomi yang langgeng dan kemakmuran jangka panjang.

Metode yang digunakan juga telah mengalami berbagai perbaikan. Sejak 2004 telah diperkenalkan indeks dayasaing global, suatu indeks yang sangat komprehensif untuk mengukur dayasaing negara-negara. Dayasaing sendiri didefinisikan sebagai sehimpunan kelembagaan, kebijakan dan faktor-faktor yang menentukan tingkat produktivitas suatu negara. Dengan kata lain, semakin tinggi dayasaing suatu negara akan cenderung semakin mampu memproduksi tingkat penghasilan yan semakin tinggi bagi masyarakatnya.

Terdapat banyak faktor yang menentukan dayasaing suatu negara. Sejumlah pakar telah mengemukakan pemikiran-pemikran berkaitan dengan faktor-faktor yang menentukan kesejahteraan suatu negara. Adam Smith berargumen tentang spesialisasi dan pembagian tenaga kerja yang akan memberikan sumbangan terhadap produktivitas. Thomas malthus, David Ricardo dan banyak lagi yang lain percaya akan adanya hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (the law of deminishing return) yang akan mengurangi potensi untuk peningkatan kesejahteraan. Ekonom neo-klasik menekankan pentingnya investasi dalam modal fisik dan infrastruktur. Sewlain itu : pendidikan dan pelatihan (modal manusia), kemajuan teknologi, stabilitas ekonomi makro, good governance, dsb sebagai faktor yang menentukan.

Ada 12 pilar dayasaing global, yang dapat dikelompokkan menjadi kebutuhan dasar (basic requirements), terdiri atas : (1) institusi, (2) infrastruktur, (3) ekonomi makro, (4) kesehatan dan pendidikan dasar. Kelompok kedua, efficiency enhancers, terdiri atas : (5) diklat yang lebih tinggi, (6) efisiensi pasar barang, (7), efisiensi pasar tenaga kerja, (8) kecanggihan pasar uang, (9) kesiapan teknologi, (10) ukuran pasar. Kelompok ketiga, faktor-faktor kecanggihan dan inovasi, terdiri atas 2 pilar, yaitu : kecanggihan bisnis dan inovasi. Kelompok pertama merupakan key for factor-driven economies, faktor kedua merupakan key for effiiency-driven economies dan kelompok ketiga merupakan key for innovation-driven economies.

Atas dasar ini kemudian negara-negara dikelompokkan menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok yang masuk dalam tahap 1, kelompok 2 adalah negara-negara dalam transisi tahap 1 ke tahap 2, kelompok 3 adalah negara-negara dalam tahap 2, kelompok 4 adalaha negara-negara dalam transisis tahap 2 ke tahap 3, dan kelompok 4 adalah negara-negara dalam tahap 3. Indonesia termasuk dalam kelompok 1, China masuk dalam kelompok 2, Malaysia masuk dalam kelompok 3, Taiwan masuk dalam kelompok 4 dan Korea masuk dalam kelompok 5.

Apa peran teknologi terhadap dayasaing negara ? Mungkin bisa kita telusuri dari apa peran pilar 2 (infrastuktur), pilar 9 (kesiapan teknologi) dan pilar 11 (kecanggihan bisnis) dan pilar 12 (innovasi) terhadap indeks dayasaing.

Teknologi, Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat

Dari Visi BPPTyang memandang teknologi sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi dalam rangka kemandirian bangsa dan peningkatan kesejahteraan rakyat, terpikir untuk merangkum berbagai dokumentasi menjadi sebuah buku. Buku ini bisa dipersembahkan kepada bangsa dan negara ini. Barangkali bagus kalo bisa diterbitkan pada pertengahan atau akhir tahun 2009, saat RPJM 200502009 berakhir.

Melihat judulnya, buku ini akan terdiri atas 3 bagian, didahului oleh sebuah tulisan pembuka :

Bab 1. Teknologi dan Kehidupan Manusia
Bagian 1 Teknologi dan Pembangunan, terdiri atas :
Bab 2. Pemetaan Teknologi dan Pembangunan Berbasis Teknologi
Bab 3. Perubahan Teknologi : Inovasi dan Difusi
Bab 4. Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, Inovasi dan Difusi Teknologi
Bab 5. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi
Bagian 2. Teknologi dan Pertumbuhan Ekonomi
Bab 6. Ekonomi Indonesia : Kegiatan Produksi, Distribusi dan Konsumsi serta Pertumbuhan
Bab 7. Pertumbuhan Ekonomi dan Produktivitas : Produktivitas Faktor Produksi Total (Total Factor Productivity)
Bab 8. Teknologi dan Pertumbuhan Ekonomi: Analisis Input-Output dan SNSE
Bab 9. Teori Baru Pertumbuhan Ekonomi : Peran Litbang dalam Perekonomian
Bab 10. Pembangunan Ekonomi Berbasis Teknologi
Bagian 3. Teknologi untuk Kesejahteraan Masyarakat
Bab 11 Teknologi untuk Pemecahan Masalah Bangsa
–Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Pengisian Waduk
–Teknologi Madifikasi Cuaca untuk Pemadaman Kebakaran Hutan
–Teknologi Peringatan Dini Tsunami untuk Masyarakat Pantai
–Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam untuk Deteksi Bencana
–Teknologi Telematika untuk Pembelajaran Masyarakat
–Teknologi Pertahanan untuk Integritas Bangsa
Bab 12. Teknologi dan Distribusi Pendapatan :Analisis SNSE dan CGE

Bab 13 Penutup : Teknologi untuk Siapa ?

Ini baru gagasan. Saran, masukan untuk perbaikan sangat dihargai. Apalagi ada yang bersedia untuk berkontribusi dalam bentuk tulisan.

Selasa, 04 Maret 2008

Peran Teknologi dalam Pertumbuhan Ekonomi

Peran teknologi dalam pertumbuhan ekonomi, berawal dari gagasan Robert Solow di tahun 1957. Waktu itu dia penasaran soal apa sih peran teknologi dalam produksi. Masa sih cuma modal (K) dan tenaga kerja (L) aja. Susahnya, teknologi melekat dalam proses produksi tadi. Bisa jadi teknologi melekat pada K, bisa juga menempel pada L. Bisa jadi juga rasio K/L akan mencerminkan tingkat teknologi. Ingat kan sempat muncul istilah teknologi padat modal, yaitu kalo K/L nilainya besar sekali. Atau teknologi padat karya, kalo K/L nilainya kecil sekali.

Kemudian dicari cara dengan melihat peran K dan L dalam pertumbuhan ekonomi. Sisanya dianggap sebagai peran teknologi, yang kemudian disebut sebagai produktivitas faktor produksi total, atau bahasa pak Solow sebagai Total Factor Productivity.

Berbagai kajian tentang produktivitas faktor produksi total ini, untuk kasus Indonesia, sudah pernah dilakukan. Data dari berbagai studi , misalya , Baier et.al (2006:45) untuk data dengan periode 1951-200, menghasilkan TFP growth -0,7 artinya produktivitas faktor teknologi itu negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perhitungan lebih lanjut menghasilkan angka TFP contribution sebesar -37%. Artinya peran teknologi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia yang negatif itu 37 %. Teknologi sangat penting buat Indonesia, sayangnya berkorelasi negatif dengan pertumbuhan ekonomi.

Studi-studi lain menghasilkan angka yang berbeda-beda. Terutama karena adanya perbedaan basis data, metode perhitungan yang berbeda.
Pada tingkat sektoral, khususnya pada industri manufaktur juga ada beberapa kajian. Misalnya Ikhsan (2006) yang menggunakan data tahun
1988-2000 menghasilkan TFP growth untuk sektor manufaktur sebesar
1.6 dan TFP contribution sebesar 16%. Dalam kajian ini peran teknologi dalam pertumbuhan sektor manufaktur sebesar 16%, sisanya 84% merupakan kontribusi faktor produksi lainnya.

Menarik adalah exercise pada operasi modifikasi cuaca, yaitu suatu proses menggunakan teknologi tinggi untuk menghasilkan hujan. Dari data 10 tahun operasi (sayangnya ada 3 tahun yang missing), diperoleh TFP growth 5,1 dan TFP contribution sebesar 70%. Artinya, peran teknologi dalam proses hujan buatan sebesar 70%. Yang lainnya merupakan kontribusi modal (K), tenaga kerja (L) dan material (M). Memang masuk akal juga sih kalau teknologi mempunyai peran yang sangat besar dalam proses ini karena memang operasinya menggunakan teknologi tinggi.